Setiap orang memiliki preferensi berbeda dalam memilih hotel, ada yang cuma pengen kamar yang nyaman karena memang benar-benar nginap di hotel hanya untuk tidur. Ada yang niatnya staycation, jadi selain kamar juga pengen lingkungan dan fasilitas hotel yang menarik dan lengkap. Ada juga yang ke hotel hanya menuju restonya saja, ngopi atau makan siang bersama kolega bisnis. Nah kalau yang begini, yang dibutuhkan tuh lebih ke suasana resto dan rasa makanannya saja. Kalau kamu tinggal di Jakarta dan butuh yang begini, bisa coba ke Flora Restaurant Hotel Mercure Jakarta Gatot Subroto
Flora Restaurant Mercure Jakarta Gatot Subroto
Lokasi Flora restaurant ada di lantai 5 hotel Mercure Jakarta Gatot Subroto. Staf hotel berjaga di pintu masuk resto, menanyakan dan mengkonfirmasi tamu yang hendak masuk area resto. Apakah tamu yang menginap di hotel, atau bukan. Apakah sudah melakukan reservasi atau belum. Setelah dikonfirmasi, barulah para tamu dipersilakan masuk ke area resto.
Dari pintu masuk terlihat meja bartender, bagi yang tidak menginap, bisa mengambil buku menu di sini. Di atas meja, terdapat rak gantung, dengan banyak sekali botol minuman berjejer.

Suasana Nyaman dan Bikin Betah
Dari pintu masuk, bagi tamu perokok bisa belok ke kanan karena area untuk perokok ada di sebelah kanan, dibatasi pintu kaca dengan area display menu. Bagi yang bukan perokok, bisa berjalan ke arah kiri dari pintu masuk.
Kalau saya, sudah pasti memilih meja yang di area kiri, pilih meja yang di pinggir, sehingga dari dinding kaca bisa melihat lalu lintas di jalanan Jakarta. Bisa melihat gedung-gedung tinggi perkantoran. Pemandangan kayak gini kan nggak ada di Malang, tempat saya berdomisili.

Pilihan tempat duduknya ada yang satu meja dengan dua kursi, satu meja dengan empat kursi, ada juga tempat duduk di sofa. Tinggal pilih saja. Pengaturan posisi tempat duduk memungkinkan para tamu untuk bergerak leluasa keluar masuk tempat duduk, tanpa harus menganggu tamu yang lain. Hilir mudik tamu yang bolak-balik mengambil makanan atau minuman pun bisa lancar.

Jumlah meja banyak, sehingga kita bisa betah berlama-lama di sini. Tak perlu terburu-buru menikmati makan karena melihat ada tamu yang celingukan mencari tempat duduk ataupun antrian tamu yang hendak masuk flora restaurant hotel Mercure Jakarta Gatot Subroto ini.

saya selalu berusaha mencari tempat duduk yang dekat dinding, supaya benar-benar menikmati suasana di sini. Menyuap makanan ke mulut sambil melihat langit Jakarta yang cerah, lalu lalang KRL dan sesekali mendengar obrolan tamu di meja sebelah.


Menu Makanan Flora Restaurant Mercure Jakarta
Suasana sudah nyaman, sekarang kita lihat bagaimana makanannya. Karena ada kegiatan yang berlokasi di hotel Mercure, jadi saya sarapan, makan siang dan makan malamnya ya di Flora restaurant ini.
Sarapan sambil Mengamati KRL
Saya turun ke Flora restaurant untuk makan sekitar jam 7.00, supaya bisa agak lama menikmati menu sarapan dan juga suasana di resto. Sekitar 1 jam lah, karena menjelang pukul 8 mesti berpindah dari resto menuju ruang pertemuan.
Pilihan menu sarapan, pastinya banyak. Karena sedang malas makan nasi, jadi saya pilih telur dan mie yamin saja. Ditambah irisan buah dan segelas susu.

Pilihan mie nya ada dua, mie putih dan mie kuning. Entah kenapa saya tuh nggak suka dengan tampilan mie putih yang pipih lebar, jadi saya pilih pakai mie kuning saja.

Yang suka bilang belum makan kalau belum ngunyah nasi, ada pilihan nasi uduk, nasi putih dan nasi goreng di sini. Lengkap dengan seperangkat lauk dan sayurnya, kerupuk dan sambalnya. Tinggal pilih saja mau diisi apa piringnya.


Bubur ayam dengan segala isiannya, boleh makannya di aduk atau tanpa di aduk, terserah kesukaan masing-masing. Hari kedua sarapan di Flora restaurant, saya pilih ambil wafle dengan taburan irisan kacang almond yang banyak.


Mau nambah irisan buah, puding atau pastry juga ada. Tapi perut sudah nggak ada alokasi tempatnya, lambung sudah penuh. Jadi, sebagai penutupnya pilih ambil yoghurt saja.


Sambal Lalapan, Menu Makan Siang Andalan
Untuk makan siang, menu favorit saya adalah lalapan. Aneka sayur segar, di iris dengan manis, dan disajikan dalam wadah cobek kayu besar. Bersanding dengan beberapa macam sambal, yang pasti cabenya merah semua, di tata dalam wajan tanah liat kecil. Penyuka lalapan pasti kalap ketemu ini.


Kalau teman saya, dia pilih beef teppanyaki, awalnya saya tertarik juga, tapi begitu melihat sajiannya di atas piring, kok nggak sreg. Yah, harap dimaklumi, lidah saya tetap pilih sambal lalapan saja.

Yang nggak mau makan nasi, bisa juga pilih gochujang soup, atau selada pengantin. Saya baru tahu ada makanan bernama selada pengantin. Pas lihat dari kejauhan ada maca-macam sayuran dan sambal kacang, tadinya saya pikir gado-gado, setelah lihat tulisannya kok selada pengantin.
Jadi ternyata, selada pengantin ini memang mirip gado-gado dan merupakan makanan khas Betawi. Yang membedakan dalam resep selada pengantin, digunakan cuka sebagai salah satu bumbunya. Penggunaan cuka ini memberikan rasa segar dalam masakan. Dahulu biasa dihidangkan di acara pernikahan, itulah sebabnya dinamakan selada pengantin.


Ada salad buah juga selain irisan buah segar. Habis makan siang, mau lanjut minum kopi juga tersedia. Kalau saya pilih ambil es teh, dan sepotong kue coklat yang lezat sebagai penutupnya


Makan Malam Serasa di Warung Tenda
Yang paling saya suka adalah menu makan malamnya, karena ada pilihan menu yang langsung di olah saat itu juga. Bahannya sudah siap, dan butuh waktu beberapa menit untuk menunggu mengolahnya. Jadi serasa jajan di warung tenda pinggir jalan karena ngantri di depan booth menu menunggu pesanan di masak.
Ada iga bakar cobek, yang jadi favorit para tamu. Saya pun rela antri untuk mendapatkan satu potong iga bakar yang dagingnnya tebal. Boleh juga kok minta potongan iganya lebih dari satu, tinggal bilang saja pada juru masaknya. Tapi bagi saya, satu potong saja sudah cukup, karena memang potongan iganya besar dan dagingnya lumayan tebal. Makan ini dipadukan dengan sambal hijau serta lalapan, kalau ditambah nasi sudah bikin kenyang.

Pas pertama lihat ada iga bakar ini, saya langsung ikut antri tanpa keliling dulu melihat menu yang lain. Setelah pegang piring berisi sepotong iga bakar, barulah saya keliling dan nemu satu lagi yang menarik, yaitu tongseng daging. Antrinya juga lumayan banyak. Tapi saya nggak ikut ngantri di sini. Dagingnya bukan daging kambing, tapi daging sapi.

Yang saya suka juga dari menu makan malam adalah adanya buah-buahan yang belum di iris, jadi disajikan masih utuh gitu. Ada apel, pear, jeruk, pisang, buah naga bahkan nanas juga ada. Irisan buah juga ada, standar lah ada pepaya, melon dan semangka. Nah, keluar resto saya bawa satu buah pear ke kamar, siapa tahu tengah malam terbangun dan pengen ngemil.

Secara keseluruhan, saya merasa puas sarapan, makan siang dan makan malam di Flora Restaurant Mercure Jakarta Gatot Subroto.

Leave a Reply