Bondowoso adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terkenal dengan julukan “Kota Tape,” Bondowoso memiliki beragam pesona alam dan budaya yang menarik untuk dijelajahi. Kabupaten ini berbatasan dengan Situbondo di utara, Probolinggo di barat, Jember di selatan, dan Banyuwangi di timur.
Saat bertugas ke Bondowoso, pertengahan April 2024, saya menginap di Hotel Palm. Pemilihan Hotel Palm sebagai tempat menginap, setelah melakukan pencarian di aplikasi Traveloka. Lokasinya di tengah kota, dekat dengan alun-alun, dekat juga dengan tempat saya bertugas.
Namun saat saya melakukan pemesanan lewat aplikasi, ditanggal yang saya inginkan ternyata hotel penuh. Begitu pun dengan beberapa hotel lain yang ada di situ. Wah jangan-jangan di Bondowoso sedang ada kegiatan nih, kok hampir semua hotel penuh di tanggal itu. Emang sih, Bondowoso itu punya wisata unggulan, yaitu kawah Ijen. Bisa jadi lagi banyak yang liburan ke sana.
Lalu saya coba cari kontak Hotel Palm disitusnya. Setelah memperoleh kontaknya, saya coba menelpon. Alhamdulillah masih ada kamar di hari yang saya inginkan. Saya pun melakukan pemesanan kamar untuk 2 malam. Pembayaran bisa dengan transfer, bisa juga nanti saat datang ke hotel. Saya memilih membayar nanti saat chek in saja.
Hotel Palm Bondowoso
Saya sampai di Hotel Palm Bondowoso sekitar pukul 21.00, di sambut ramah petugas resepsionis. Setelah menyampaikan bahwa saya sudah pesan kamar melalui telpon, petugas mengkonfirmasi dan meminta KTP saya. Saya lalu membayar harga kamar untuk dua malam, yaitu sebesar 750 ribu.
Usai urusan bayar, petugas pun mengantar saya ke kamar. Karena sudah capek, saya tak sempat memotret kondisi kamar. Yang pasti, kamarnya bersih. Ada dua handuk terletak di meja plus perlengkapan mandi. Dua botol air mineral juga ada di meja. Sayangnya nggak ada teko pemanas air, jadi niat mau bikin teh panas sesampai di kamar, tak bisa terlaksana. Usai membersihkan diri, saya pun tertidur dengan lelap.
Sarapan Terbatas
Paginya, sebelum berangkat bertugas, saya menuju resto. Tak lupa foto-foto dulu lingkungan sekitar hotel. Lingkungan hotel asri, bahkan di depan kamar saya juga merupakan taman dengan beberapa tanaman yang cukup tinggi pula. Ada kolam ikan hias tak jauh dari kamar saya. Hotel ini merupakan hotel tua di Bondowoso, dan bangunannya masih dipertahankan bangunan lama.
Sesampai di resto, nampak sepi. Tak ada jejeran menu sarapan di meja tengah resto. Tak nampak ada tamu yang sedang menikmati menu sarapan juga. Sepi, hanya meja kursi yang tertata rapi. Jangan-jangan saya salah masuk nih.
Ada satu petugas yang berjaga. Saya pun bertanya apakah benar sarapannya di sini. Petugas tersebut mengiyakan, dan memberi tahu bahwa sarapan di buat sesuai permintaan tamu. Pilihan menunya ada nasi goreng, sego pecel, dan roti bakar. Untuk minumnya ada kopi dan teh. Saya pun memilih sego pecel dan teh panas.
Sambil menunggu pesanan sarapan, saya menuju bagian belakang resto. Ada kolam renang di sini. Tapi pagi itu tak ada yang berenang. Lumayan besar juga kolam renangnya ini. Menurut info yang saya peroleh, kolam renang ini sering dimanfaatkan oleh beberapa sekolah di Bondowoso untuk kegiatan ekstrakurikuler renang.
Alun-Alun Bondowoso
Karena dekat dengan alun-alun, malam kedua saya menginap di Hotel Palm Bondowoso ini, saya menyempatkan diri untuk ke alun-alun Bondowoso. Di depan alun-alun terdapat monumen gerbong maut. Di alun-alun ini kita juga bisa menemukan banyak pedagang yang menawarkan aneka kuliner Bondowoso
Monumen ini didirikan untuk mengenang peristiwa tragis yang terjadi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II, khususnya peristiwa yang dikenal sebagai “Gerbong Maut” yang terjadi pada November 1947.
Pada masa pendudukan Jepang, banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi romusha (pekerja paksa) untuk mendukung upaya perang Jepang. Pada tanggal 23 November 1947, sebanyak 100 orang lebih tahanan politik dan sipil dipaksa naik ke dalam gerbong kereta api tertutup dari Bondowoso menuju Surabaya. Perjalanan yang seharusnya singkat ini berubah menjadi tragedi karena kondisi yang tidak manusiawi di dalam gerbong. Para tahanan mengalami sesak napas, dehidrasi, dan panas yang ekstrem karena gerbong yang tertutup rapat tanpa ventilasi yang memadai. Akibatnya, banyak tahanan yang meninggal dunia dalam perjalanan tersebut.
Usai berfoto di monumen, saya pun memesan kopi pada pedagang asongan yang ada di alun-alun. Ngopi dan ngobrol sebentar di alun-alun sebelum kembali ke hotel dan beristirahat.
Dengan kombinasi fasilitas yang lumayan lengkap, pelayanan yang baik, dan lokasi yang strategis, Hotel Palm Bondowoso merupakan pilihan akomodasi yang sangat baik bagi mereka yang berkunjung ke Bondowoso.
Pingback: Senja di Pantai Lawata Bima - Jejak Wisataku
Kalau gak ada tulisan restonya, jadi kayak rumah ya kak, sehingga suasananya seperti hommy gitu. Apalagi yang foto depan kamar juga menyenangkan
Duh jadi bayangin makan sego pecel sama teh panas buat sarapan. Syedep banget kayanya
Hommy banget ya jadi serasa tinggal dirumah dan tentunya ini bikin betah deh. Kalau nanti ada destinasi wisata Bondowoso mampir aahh
Menarik ya kota Bondowoso?
Selama ini hanya tahu karena muncul di map
ternyata ada peristiwa Gerbong Maut, mirip peristiwa Bandung Lautan Api yang juga memakan korban jiwa
Kalo disebut Kota Tape, berarti ada proltape oleh2 khas Jember ya?
Peristiwa gerbong maut sungguh memilukan. Saya pernah baca tentang itu mbak dan pengen juga tahu lebih dalam. Thanks sharingnya
Hotel lama ya Mbak Nanik. Terlihat dari struktur bangunannya. Tapi alhamdulillah bersih ya. Di beberapa hotel lama dan adalah usaha pribadi, biasanya memang sarapannya upon request. Bahkan kadang-kadang seringnya diantara ke kamar aja. Menangnya tuh di lokasi ya Mbak. Dekat alun-alun tuh asik menurut saya. Bisa menikmati banyak jajanan khas lokal.
Alhamdulillah nggak balik badan batal nanya ya. Ternyata sarapannya by request tamu. Cakep deh foto lobby dan suasana di taman hotelnya. Cakep buat foto-foto ala ala vintage gitu ya. Rate harga per malam di sini sekitar berapa, Mba?
250 – 350 ribu per malam mbak.