Ucok Durian Medan, Suasana dan Rasa yang Memikat

Kalau pas ada tugas ke Medan, jangan lupa sempatkan mampir dan mencicipi durian di Ucok Durian Medan, begitulah pesan salah satu teman kantor saya. Jadilah, akhir 2023 kemarin, setelah selesai kegiatan di Medan, saya dan teman-teman kantor mampir ke sini.

Pertengahan Desember 2023 itu, di Medan sedang musim durian. Jadi sebenarnya, jajan durian yang dijual di sepanjang pinggir jalan pun, pasti bakal bisa dapat durian yang harganya murah dan rasanya enak. Saya lihat juga ukurannya besar-besar. Awalnya saya pikir, kenapa mesti ke Ucok durian Medan, toh di sepanjang pinggir jalan juga bisa kok menikmati durian. Tapi pak bos bilang kalau suasananya beda. Sebagai anak buah, saya pun ngikut saja.

Kami ke sana malam hari, sekitar pukul 19 lewat sekian menit. Sampai sana ternyata ramai sekali, parkiran di depan penuh. Rombongan kami naik 1 mobil Hi Ace dan 2 Innova, jadi butuh space parkir lumayan banyak.

Beruntung petugas parkir sigap mengarahkan, walau agak jauh tapi kami bisa mendapatkan tempat parkir. Turun dari mobil, berjalan beriringan menuju bagian depan toko.

Banyak Spot Foto di Ucok Durian Medan

Aroma durian yang kuat langsung tercium begitu jarak kami semkin dekat dengan tokonya. Begitu sampai, saya lihat banyak sekali durian teronggok di beberapa bagian toko. Diwadahi dalam keranjang besar, melimpah bertumpuk-tumpuk ke atas. Bahkan ada yang sampai ditaruh di lantai. Duriannya besar-besar.

Ucok Durian Medan ini menurut saya lumayan luas juga tempatnya. Beberapa meja panjang dengan kursi, baik di dalam maupun di luar ruangan. Di setiap meja terdapat keranjang, yang kemudian saya tahu sebagai tempat menampung kulit durian. Ada tissue dan air mineral kemasan gelas.

Setiap meja penuh dengan para pengunjung. Ada yang masih menunggu, ada yang asyik menikmati durian, ada yang tampaknya sudah selesai dan masih asyik mengobrol. Beberapa petugas berseragam hilir mudik memegang pisau, mengantarkan durian dan langsung membelahnya di atas meja.

Rombongan kami sekitar 20 orang, untung ada meja panjang dengan banyak kursi di bagian dalam, sehingga kami bisa duduk di dua deretan meja. Meja sudah dapat, saya nggak langsung duduk, melainkan berfoto dulu. Ada beberapa spot foto yang menarik di sini. Pastinya nggak boleh dilewatkan, sebagai bukti sudah pernah menginjakkan kaki dan jajan durian di sini. Mumpung juga spot fotonya lagi sepi, soalnya orang-orang masih asyik menikmati durian.

Ada sepeda tua yang dicat warna kuning dan hijau, diletakkan dibawah papan melingkar bertuliskan Ucok Durian Medan. Sepedanya masih kuat lho dinaiki, ada teman saya yang mencoba menaikinya. Kalau saya sih cukup buat sandaran aja.

Selain itu juga ada beberapa replika durian berukuran besar dalam posisi berdiri. Ada yang berwarna hijau, ada juga yang kuning. Yang ini ada di bagian depan toko, sebelum masuk ke area indoor. Kalau yang dibagian dalam, replika duriannya terbelah, disangga oleh dua tangan.

Puas Makan Durian

Puas berfoto, saya pun bergabung dengan teman-teman serombongan. Rupanya belum ada durian yang disajikan diatas meja. Masih nunggu ada petugas yang menghampiri meja kami.

Tak lama seorang petugas datang ke meja kami, memberi pilihan duriannya. Ada yang harganya 75 ribu per buah, ada yang 100 ribu. Ada jaminan bisa ditukar kalau ternyata durian yang dibuka tidak manis.

Oke, untuk tahap pertama kami pesan 5 durian yang harga 100 ribu. Satu persatu durian di buka di depan kami. Ada 1 yang sudah benyek, terlalu matang. Akhirnya di tukar. Saya kebayang, enak tuh yang udah benyek kalau dibungkus dan dibawa pulang, bisa dimasak jadi sambal tempoyak.

Di meja tersedia sarung tangan plastik bagi yang tak mau tangannya kotor kena durian. Tapi bagi saya sendiri, kurang nikmat kalau makan dengan tangan terbungkus sarung tangan plastik. Jadi lebih nyaman tanpa pakai sarung tangan. Langsung saja, toh sudah cuci tangan, nanti selesai makan juga bisa cuci tangan lagi. Simpan handphone, lalu mulai mengambil satu persatu buah durian. Ada yang manis, ada yang manis pahit. Yang pasti semua enak, lumer di mulut.

5 buah sudah hampir habis, kami pesan 5 buah lagi. Begitu terus setiap satu buah di buka, langsung di keroyok dimakan ramai-ramai. Sudah mau habis, lanjut pesan 5 lagi. Di pemesanan ke tiga, peminat sudah berkurang. Ada yang memang membatasi makan durian karena alasan kesehatan, ada juga yang sudah merasa penuh perutnya. Saya sendiri masih menikmati, makan dengan pelan-pelan, sebelum akhirnya menyerah. Dan akhirnya menolak ketika pak bos menyodorkan satu durian lagi yang baru di belah.

Tak Hanya Menjual Durian

Selesai makan, kami masih lanjut mengobrol beberapa saat di sana. Sambil menunggu petugas yang menghitung total pesanan kami. Buah yang sudah dibuka dan ternyata kondisinya tidak bagus, ataupun rasanya tidak manis, tidak masuk dalam hitungan. Malam itu kami menghabiskan total 2 juta rupiah. Air mineral nggak di hitung. Kalau kopi dihitung. Yup, ada kopi juga di sini.

Selain kopi, ada beberapa minuman lainnya juga. Teh dan aneka jus buah. Tapi kemarin itu, rata-rata kami minumnya air mineral saja. Yang pesan kopi hanya para supir, yang memang asli orang Medan.

Selesai ngobrol dan membayar, kami pun satu persatu beranjak. Meninggalkan Ucok Durian Medan untuk kembali ke hotel. Niat mau makan malam pun buyar, karena lambung sudah terisi penuh dengan durian.